Monday, February 05, 2007
FLAGS OF OUR FATHERS
Dekonstruksi Kepahlawanan
Ketika Client Eastwood membongkar monumen-monumen kepahlawanan.
Flags of Our Fathers, film terbaru dari sutradara kampiun, Clint Eastwood mengemban tugas berat dan penting untuk menyampaikan sebuah konsep. Hebatnya, tugas berat itu berhasil dituntaskan dengan sangat memuaskan. Bukan sembarang konsep, melainkan konsep heroisme atau kepahlawanan. Kepahlawanan jika disuguhkan sebagai obyek pembicaraan, maka akan mudah menggiring kita untuk untuk terjebak pada hal-hal yang monumental dan cliché. Tetapi Eastwood berhasil membawa kita merenungi sejatinya sebuah kepahlawanan.
Film ini bertolak dari kabut perang Iwo Jima pada tahun 1945, ketika seorang jurnalis Associated Press, Joe Rosenthal memotret sebuah foto iconic yang menggambarkan enam serdadu Amerika Serikat mengibarkan bendera Amerika Serikat di Gunung Suribachi, Iwo Jima. Film ini mendekonstruksi momen kepahlawanan ini. Berbagai peristiwa yang terkait dengan pengibaran bendera ini dicacah menjadi permainan puzzle of flashbacks and flash-forwards. Eastwood membongkar semua mitos tentang foto ini. Bagaimana foto ini akhirnya menjadi alat kampanye penjualan saham perang dan bagaimana ketiga orang pengibar bendera yang masih hidup dirancang untuk menjadi pahlawan. Eastwood bahkan mengolah ruang-ruang emosional karakternya untuk menyampaikan konsep tentang kepahlawanan.
Dilihat dari sisi box office, film ini menawarkan elemen-elemen sebuah film perang yang seru dan berbobot. Eastwood tetap mengemas film ini dengan aksi keras dan berdarah-darah seperti benchmark film-film perang seperti Platoon, Saving Private Ryan atau Black Hawk Down. Yang perlu diacungi jempol juga, dengan mendekonstruksi konsep kepahlawanan ini, Eastwood sama sekali tidak mengecilkan arti penting perjuangan para serdadu itu di medan perang, justru dia memuliakan setiap orang yang telah mengorbankan hidupnya di perang itu. Sebuah film yang membuat kita bisa bertanya, kapan kita bisa menjadikan pahlawan-pahlawan bangsa kita semulia itu. Tak kurang dan tak lebih.
Subscribe to:
Posts (Atom)