AYO MENONTON
Brothers and Battles
Sebuah semesta baru film perang
Tae Guk Gi
Cast: Jang Dong-Gun, Won Bin
Director: Kang Je-gyu
Original: Inilah the most expensive Korean film ever - milestone sinema modern negeri ginseng. Budget produksinya ditaksir mencapai $ 12,8 juta. Hasilnya film perang yang intense, flamboyant, powerful dan laris manis. Kisah 2 saudara Lee Jin Tae dan Lee Jin Seok hidup bersama ibu mereka. Ketika pecah Perang Korea, sang adik Jin Seok dipaksa menjadi tentara Korea Selatan. Kakaknya, Jin Tae berusaha mencegah, namun tak kuasa melawan militer. Dia malah dipaksa bergabung juga. Jin Tae bersumpah menjaga adiknya sampai akhir hayat dan selalu melindungi adiknya di medan tempur. Tapi ini tak cukup. Jin Tae lalu bertempur mati-matian agar memperoleh medali kehormatan dan bisa meminta adiknya dipulangkan. Namun keberanian gila-gilaan ini justru menimbulkan konflik dengan Jin Seok yang tak ingin kehilangan Jin Tae.
Film ini seperti menampilkan sadistic action a la film Jepang dibalut Hollywood's sense of style. Dalam film ini, horrific war scenes merely act as a crimson backdrop to the quieter, more intimate and ultimately more stirring main story. It is a story of two brothers and what war takes on their love. The point, in other words, is the emotion, never the violence itself. Film ini bahkan tidak berposisi di pihak utara atau selatan, dia hanya mengurai efeknya pada persaudaraan mereka, sambil sesekali menyelipkan pesan damai. Flashback opening-nya memancing pikiran bahwa film ini akan meniru Saving Private Ryan. Asumsi itu luncas selewat 5 menit pertama, karena tiba-tiba kita temukan semesta perang yang berbeda, Perang Korea. Penulis film ini pun terbukti sanggup mengelaborasi elemen-elemen Perang Korea hingga mampu melahirkan cerita yang kuat tetapi sangat unik, seperti pernah dilakukan Teguh Karya dalam November 1828.
Vintage Comedy
Perjalanan kocak untuk menemukan jati diri
Sideways
Cast: Paul Giamatti, Thomas Haden Church
Director: Alexander Payne
Original: Film ini lahir dari tangan dingin Alexander Payne yang sering menyajikan tema satire modernitas. Kali ini obyeknya adalah tradisi Bachelor Party. Tema ini jadi latar belakang mengupas hal lain yang terkait yakni persahabatan, cinta, seks dan wine. Alkisah, sepasang sahabat Miles dan Jack mengadakan road trip ke daerah pertanian anggur di California untuk wine tasting dan main golf selama seminggu, sebelum pernikahan Jack. Tetapi Jack yang gatal punya keinginan lain, yaitu merasakan one last fling. Obsesinya kesampaian ketika berkenalan dengan Stephanie. Sementara Miles mendekati Maya, waitress yang baru menjanda. Ulah nakal Jack mengacaukan liburan mereka. Tetapi bagi Miles, liburan ini meninggalkan kesan tersendiri, dia mulai menerima kebuntungannya dan mengatasi kemurungannya. Film ini memang berjalan lewat perspektif Miles. Dia selalu merasa gagal karena menulis novel yang tak kunjung terbit dan gagal dalam pernikahan. Dia memiliki self esteem problem, sekaligus kebaikan dan kejujuran. Oleh Payne, drama ini disampaikan dengan humor yang tertib. Tidak ada komedi yang dipaksakan atau mengada-ada. Kelucuan dibangun natural lewat penokohan. Jadilah film ini adalah komedi yang natural tentang sifat dasar manusia. Sebuah jeda yang menyenangkan untuk menarik nafas, juga dalam hidup penontonnya.
* 1 Oscar untuk Best Writing dan 4 nominasi untuk aktor, aktris, sutradara dan film terbaik.
DVD
Raising Arizona
Film kocak besutan Coen Brothers ini mengisahkan percintaan juru foto kepolisian dengan penjahat kambuhan. Setelah menikah, sang istri ternyata memiliki masalah kandungan, padahal mereka sangat mengidamkan hadirnya anak. Sementara itu, seorang pengusaha justru baru melahirkan kembar 5. Mereka pun memulai aksi kocak untuk memiliki salah satu anak ini.
Mengejar Matahari
Film paling personal karya Rudi Sudjarwo. Persahabatan 4 orang pria muda yang diuji ketika seorang gadis hadir dalam kehidupan mereka. Perpecahan tak terelakan. Ketika itu pula sesosok trauma dari masa kecil mereka muncul kembali dan menghancurkan semua yang mereka miliki bersama.
Shall We Dance
Pria paruh baya terobsesi belajar menari setelah menyaksikan sosok seksi di tepi jendela tiap hari. Usahanya belajar menari mengubah rutinitas harian dan melahirkan semangat baru. Akhirnya film ini tidak soal cinta-cintaan, tetapi menemukan target baru dalam kehidupan yang membosankan. Sayang, filmnya sendiri agak membosankan.
VCD
Nine Lives
Sembilan orang sahabat terjebak dalam kastil kuno Skotlandia ketika hantu dari abad ke-19 menggentayangi mereka. Satu persatu mereka dihabisi untuk menebus amarah sang hantu. Film ini termasuk tipikal horor biasa yang tidak membuat kita merinding lagi. Tetapi masih ada Paris Hilton yang bisa jadi hiburan mata yang segar meskipun hanya sesaat.
Bangsal 13
Prequel film Jaelangkung yang populer ini mengisahkan asal muasal kehadiran suster ngesot. Dua aktris cantik Enditha dan Luna Maya mampu berakting meyakinkan. Filmnya sendiri cukup berhasil membangun kengerian, tetapi sayang sekali beberapa adegannya mengingatkan kita pada film horor Jepang yang sangat populer.
Cellular
Sebuah telepon nyasar ke ponsel seorang pria muda membuatnya terlibat dalam upaya penyelamatan sebuah keluarga dari ancaman penculikan dan pembunuhan. Film ini cukup sukses membangun ketegangan yang dijalin dari kuat lemahnya sinyal dan batere ponsel. Karakter-karakter juga dibangun dengan matang, sehingga semua tampil meyakinkan.
The Blues Brothers
Slapstick musikal klasik yang dibintangi John Belushi dan Dan Aykroyd serta special performances penyanyi-penyanyi Blues legendaris. Sepasang penjahat kecil-kecilan berusaha membantu panti asuhan tempat mereka dibesarkan dengan membentuk Blues Band, lalu berusaha konser. Namun tindakan slebor mereka malah berbuntut kacau balau tetapi kocak.
No comments:
Post a Comment